Kamis, 05 Mei 2011

Olah Raga Bagi Penderita Kanker

Penderita kanker biasanya menjalani perrawatan kemoterapi dan terapi radiasi. Keletihan sering kali melanda setelah mereka menjalankan perawatan tersebut. Namun menurut Josie Gardiner, pelatih fisik khusus penderita kanker dari Amerika Serikat, latihan fisik juga diperlukan bagi para penderita kanker.

Berikut beberapa jenis olahraga yang menurut Gardiner sangat cocok bagi penderita kanker, seperti yang dikutip dari Fox News.

1. Aerobik
Latihan kardio pasti menjadi salah satu bagian dari berlatih aerobik, yang memungkinkan seseorang membakar kalori sebanyak-banyaknya. Mengurangi kalori juga merupakan salah satu pencegahan penyebaran kanker. Selain itu latihan kardio juga membuat fisik seseorang semakin kuat dan tangguh.

2. Latihan beban
Kemoterapi dan terapi radiasi berakibat pada kerapuhan tulang, terutama bagi wanita. Untuk itu latihan angkat beban ringan menjadi sangat penting. Hal ini dapat membuat tulang dan otot kembali kuat.

3. Latihan keseimbangan

Terapi dan perawatan penderita kanker biasanya memengaruhi masa tubuhnya seperti berkurangnya massa tulang. Oleh karena itu, para penderita kanker perlu melatih keseimbangan tubuhnya dengan rutin, untuk performa kesehatan yang lebih baik.

4. Melenturkan tubuh
Beberapa penderita kanker yang telah menjalani operasi biasanya mengalami nyeri di bagian bekas operasi. Untuk itu mereka tak bisa memilih olahraga yang terlalu berat. Untuk mereka yang berada di dalam kondisi ini, Gardiner menyarankan olah raga yang bisa melatih kelenturan tubuh seperti yoga.

Rabu, 04 Mei 2011


02 Mai’11 – 11.15 pm

maaf ku tlah kering bagi mu
kini rembulan tu tlah terganti oleh mentari
saat malam tak pernah selalu ada rembulan
kini tlah terhapus
namun mentariku tak pernah lelah
ku tau kan selalu da rintik hujan
kemana mentari ku?
takkan lagi harus ku cari
kan selalu da aurora menjemput sang mentari
disini,,
dihati.

kala selendang ku disambut

kau tau bagaimana cinta bertindak padaku?
kala menit kita bersua
kau dan aku memutuskan jadi kita
ingin tersorakan dunia oleh lantangku
saat itu selendang ku disambut

Selasa, 03 Mei 2011

Lawan kanker, daun sirsak vs kemoterapi (ribuan kali lebih kuat)


 
‘Selamat ya, sudah hamil.’ Yanti Sumiati bertubi-tubi menerima ucapan itu dari rekan kerja, tetangga, dan saudara pada Mei 2010. Perutnya membesar. Banyak orang menerka ia hamil 5 bulan. Hati Yanti justru remuk‑redam. Sebab, bukan janin dalam kandungan, tetapi kanker serviks yang merenggut nyawa seorang perempuan setiap 4 menit.
Yanti Sumiati mengetahui kanker serviks itu ketika ia memeriksakan diri di sebuah klinik di Warungbuncit, Kotamadya Jakarta Selatan. Bagian bawah perut sakit, ‘Seperti ditusuk-tusuk, nyeri sekali,’ kata perempuan kelahiran Bogor, Jawa Barat, 20 Agustus 1978 itu. Rasa sakit menjalar ke kaki kiri. Kondisi itulah yang mendorong Yanti bergegas ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dr Slamet Zaeny SpOG, pada 6 Mei 2010.
Dokter yang memindai Yanti menggeleng-gelengkan kepala. ‘Lihat di monitor, kankernya sebesar kepala bayi,’ kata dr Slamet Zaeny SpOG seperti diulangi oleh Yanti. Kadar CA – indikator adanya sel kanker – 113,39 U/ml; normal, kurang dari 35 U/ml. Sambil berbaring, ia memandangi layar pemindai. Dokter menyarankan Yanti menjalani operasi. Namun, anak ke-3 dari 6 bersaudara itu memilih jalan lain. Sebab, sebelum pemeriksaan itu pada April 2008 ia menjalani operasi untuk mengatasi kista.
Namun, 2 tahun berselang ia terserang kanker serviks. Gejala munculnya kista sama persis dengan kanker serviks itu. Perempuan 32 tahun itu memilih pengobatan herbal. Ia mendatangi herbalis dan diberi 3 jenis herba dalam kapsul untuk sebulan. Sayang, Yanti yang membayar Rp9-juta tak mengetahui jenis tanaman obat yang ia konsumsi.
Batal operasi
Yanti disiplin mengonsumsi 3 kapsul herba itu 3 kali sehari. Namun, tanda-tanda kesembuhan tak kunjung muncul. Malahan perut kian membesar dan nafsu makan hilang. Warga Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasarminggu, Jakarta Selatan, itu juga mengalami insomnia dan merasa serbasalah: miring ke kiri sel kanker yang membesar ikut ke kiri, ke kanan, turut ke kanan. Keadaan itu menyebabkan Yanti memutuskan untuk menjalani operasi pada 10 Agustus 2010.
Sehari sebelumnya, ia menemui kedua orangtuanya di Ciampea, Kabupaten Bogor. Ketika itulah Yanti berjumpa dengan tetangganya, pendiri Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ervizal AM Zuhud MS. Zuhud mempunyai informasi tentang khasiat daun sirsak dari beberapa hasil penelitian di mancanegara. Guru besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor itu menyarankan agar Yanti mengonsumsi daun sirsak. Keesokan harinya, Yanti membatalkan operasi dan merebus 10 lembar daun sirsak segar dalam 3 gelas air hingga mendidih.
Setelah rebusan dingin, ia meminumnya. Frekuensi 3 kali sehari masing-masing segelas. Istri Fery Firmansyah itu juga menyantap daging buah sirsak sekali sehari. Ia memotong 4 bagian buah berukuran sedang, bobot 6 – 7 ons. Sepotong buah Annona muricata cukup untuk sehari. Pada 24 Agustus 2010, ia kaget bukan kepalang ketika mudah menarik risleting dan mengancingkan celana. Semula bukan hal gampang untuk mengenakan celana akibat perut yang kian membesar. Ia benar-benar baru sadar bahwa perut mengempis.
Pagi itu ia mencoba tidur, tetapi perutnya tanpa gelambir seperti sebelumnya. Ia miring ke kiri dan ke kanan beberapa kali, tetapi tak ada gumpalan dalam perut yang mengikuti gerakan seperti sebelumnya. ‘Saya menangis karena saking senangnya,’ kata perempuan yang menikah pada 2007 itu. Sembuh? Begitulah dugaan Yanti. Sebulan berselang ia menemui dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hasil pemindaian menunjukkan tak ada lagi berjalan di serviks.
Menurut dokter sekaligus herbalis di Jakarta Timur, dr Willie Japaries MARS, hilangnya sel kanker dari serviks Yanti dapat melalui berbagai jalan seperti luruh bersama urine atau feses. Namun, menurut Yanti selama 14 hari konsumsi daun dan buah sirsak hingga perut mengempis, tak ada perubahan warna atau bentuk feses dan urine. Japaries mengatakan cara lain detoksifikasi adalah melalui keringat.
‘Pikiran saya lepas. Saya senang banget,’ katanya dengan wajah berbinar. Setelah perutnya mengempis, Yanti lahap setiap kali makan sehingga tubuh kian segar. Insomnia juga sirna sehingga kini ia bisa tidur nyenyak. Meski begitu hingga kini ia tetap mengonsumsi segelas rebusan daun sirsak sekali sehari.
10.000 kali
Perubahan kondisi perut yang semula seperti perempuan hamil lalu mengempis hanya dalam 2 pekan itu sangat cepat. Semula Zuhud memprediksi, perubahan itu baru tercapai setelah 3 bulan Yanti rutin mengonsumsi daun kerabat srikaya itu. Prediksi 90 hari itu berdasarkan informasi yang ia peroleh di internet.
Yanti Sumiati bukan satu-satunya yang merasakan khasiat daun anggota famili Annonaceae. Contoh lain, Sri Haryanto di Yogyakarta yang mengidap kanker prostat dan Yulisnawati (kanker payudara di Palembang, Sumatera Selatan).
Dokter juga menyarankan operasi pada Yulisnawati. Namun, ia lebih memilih mengonsumsi rebusan segelas daun sirsak 3 kali sehari. Dua bulan berselang, kondisi kesehatannya kian membaik. Yulisnawati belum mengecek ulang kondisi kanker. Pada kasus Haryanto, dokter tak menyarankan operasi karena usia pasien lanjut, 70 tahun. Haryanto yang juga herbalis itu mengonsumsi jus buah sirsak (baca: Sirsak Stop Kanker Prostat, halaman 18)
Selain ke-3 jenis kanker – serviks, payudara, dan prostat, daun sirsak juga terbukti secara ilmiah mengatasi antara lain kanker paru-paru, ginjal, pankreas, dan usus besar. Begitulah hasil riset peneliti di Sekolah Farmasi Purdue University, Indiana, Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin. Peneliti yang memperoleh daun sirsak dari Garut, Jawa Barat, itu membuktikan bahwa daun Annona muricata manjur mengatasi 7 sel kanker. Daun sirsak yang selama ini terabaikan itu ternyata mujarab mengganyang sel kanker.
Ada apa di balik itu? Peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD yang meriset daun sirsak bersama Jerry L McLaughlin menemukan senyawa aktif acetogenins. Mereka melakukan uji praklinis dengan memanfaatkan beragam sel kanker seperti sel kanker paru-paru dan pankreas. ‘Tujuan penelitian, mengembangkan ilmu pengobatan untuk mengatasi kanker,’ kata doktor Biologi alumnus Champaign Urbane University, Amerika Serikat, itu.
‘Acetogenins menghambat ATP (adenosina trifosfat, red). ATP sumber energi di dalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP,’ kata Sastrodihardjo. Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu tak menyerang sel-sel lain yang normal di dalam tubuh. ‘Acetogenins mengganggu peredaran sel kanker dengan cara mengurangi jumlah ATP. Hal ini yang membuat senyawa dalam daun sirsak dianggap selektif dan hanya memilih sel kanker untuk diserang,’ kata Sastrodihardjo.
Bukan hanya selektif, acetogenins juga dahsyat! The Journal of Natural Product membeberkan riset Rieser MJ, Fang XP, dan McLaughlin, peneliti di AgrEvo Research Center, Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak membunuh sel-sel kanker usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding adriamycin dan kemoterapi.
Adriamycin yang mempunyai nama generik doxorubicin merupakan obat untuk mengatasi berbagai jenis kanker seperti leukemia, kanker prostat, kanker paru-paru, dan kanker pankreas. Sedangkan kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memasukkan zat atau obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
Menurut peneliti di Cancer Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada (CCRC–UGM), Nur Qumara Fitriyah, riset McLaughlin menunjukkan dengan dosis kecil saja, daun sirsak efektif memberangus sel kanker. Berdasarkan riset McLaughlin ED50 ekstrak kasar daun sirsak < 20 µg/ml, sedangkan ED50 senyawa murni cuma < 4 µg/ml. Artinya dengan dosis rebusan 10 – 15 daun sirsak masih aman dikonsumsi.
Tren sirsak
Menurut Ervizal AM Zuhud penelitian sirsak sempat ditutupi-tutupi selama 10 tahun karena ‘mengancam’ kelangsungan hidup kemoterapi dan industri kimia. Apalagi harga sirsak murah. Hasil penelitian itu, ‘Baru tersebar setelah keluarga dari seorang peneliti mengidap kanker dan mempublikasikan di dunia maya,’ kata kepala Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Tanaman, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, itu.
Berbagai lembaga riset di tanahair juga mulai menguak rahasia daun sirsak dan kerabatnya. Sekadar menyebut contoh, periset di Pusat Studi Biofarmaka IPB, Prof Dr Latifah K Darusman, hingga kini meriset komponen kimia yang dominan di daun sirsak. Sedangkan peneliti di Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sismindari, meriset khasiat biji dan daun srikaya yang kaya ribosome inactivating protein (RIP). ‘RIP mampu merusak sintesis protein pada sel yang sedang tumbuh sehingga mati,’ kata Sismindari.
Konsumsi daun sirsak bukan hanya untuk para pasien, tetapi juga baik bagi orang sehat. Menurut Ervizal AM Zuhud, kasiat daun sirsak bagi orang sehat, ‘Menambah kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi pria, daun sirsak menambah jumlah dan memperkuat sperma.’ Di Indonesia kini para dokter dan herbalis meresepkan daun sirsak kepada para pasien. Ada yang meresepkan secara tunggal – hanya daun sirsak, tetapi ada pula yang meracik kombinasi daun sirsak dengan herbal lain seperti rimpang temuputih dan sambiloto. Mereka meresepkan daun sirsak antara lain untuk mengatasi beragam kanker.
Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana meresepkan daun atau buah sirsak terutama sebagai pengganti kemoterapi pada pasien kanker. ‘Khasiat daun atau buah sirsak itu untuk mengeliminasi radikal bebas, mengeringkan sel kanker, menyembuhkan peradangan di dalam tubuh, dan terutama meningkatkan stamina pasien agar tubuh tidak lemah,’ kata Lina Mardiana. Para dokter dan herbalis seperti Valentina Indrajati di Bogor, Jawa Barat, memilih daun yang sedang – tak terlalu tua dan tak terlampau muda. Dari pucuk, kira-kira daun di baris ke-4 hingga ke-6.
Para herbalis meresepkan daun sirsak bukan melulu untuk mengatasi sel kanker. Herbalis di Gegerkalong, Kotamadya Bandung, Jawa Barat, H Sarah Kriswanty, misalnya, meresepkan daun sirsak untuk mengatasi bronkhitis dan kejang. Sedangkan Lina Mardiana meresepkan daun sirsak untuk pasien yang menderita peradangan, misalnya radang tenggorokan, usus, pencernaan, ambeien (baca: Sentosa Karena Graviola halaman 24).
Menurut dr Willie Japaries MARS yang juga meresepkan daun sirsak, daun Annona muricata bersifat netral sehingga sesuai untuk mengatasi beragam jenis kanker. Herbalis lain yang juga meresepkan daun sirsak antara lain dr Prapti Utami di Jakarta Selatan dan Maria Andjarwati (Kelapagading, Jakarta Utara. Para herbalis dan dokter itu sebagian besar meresepkan daun sirsak baru pada 2 – 4 tahun silam. Pada umumnya mereka tak meracik, tetapi pasien yang menyiapkan sendiri sejak pencarian daun hingga merebus.
Harap mafhum hingga saat ini di pasaran belum tersedia ekstraksi daun sirsak dalam kapsul seperti kapsul bermerek Graviola yang beredar di mancanegara. Oleh karena itu, mereka mempersiapkan sendiri. Pasien yang belum memiliki pohon biasanya membeli bibit sirsak. Dampaknya permintaan bibit juga meningkat. Produsen bibit buah-buahan di Pontianak, Kalimantan Barat, Simbul Haryadi mengatakan permintaan bibit sirsak pada September 2010 mencapai 400 bibit. Padahal, biasanya hanya 10 bibit per bulan. ‘Stok bibit di kebun sampai habis, sekarang saya sedang memperbanyak lagi,’ kata Haryadi.
Begitu juga permintaan di nurseri Tebuwulung milik Eddy Soesanto di Cijantung, Jakarta Timur, yang mencapai 600 – 700 bibit per bulan. Lonjakan permintaan signifikan itu terjadi dalam 4 bulan terakhir. Produsen bibit buah di Bogor, Jawa Barat, Syahril sama juga. Permintaan bibit durian belanda itu fantastis, sejak Agustus 2010 mencapai 3.000 – 5.000 tanaman per bulan; sebelumnya, 500 bibit per bulan. Harga bibit setinggi 40 – 50 cm di berbagai penangkar Rp20.000 – Rp30.000. Menurut para penangkar tingginya permintaan bibit sirsak berkaitan dengan pemanfaatan daun atau buah sebagai obat tradisional. Benar kata Yeni Sumarni yang juga mengonsumsi daun sirsak, ‘Obat kanker itu ternyata murah meriah, kita tak perlu mengeluarkan uang jutaan rupiah.’ (Sardi Duryatmo/Peliput: Endah Kurnia Wirawati, Lastioro Anmi Tambunan, & Tri Susanti- Sumber: Trubus-Online)

anak muda pun ingin mandiri



maap untuk suntingan gambar yg alakadarnya, saya tergugah melihat sebuah foto di surat kabar sore ini (sebenarnya surat kabar pagi), yaaa,,krna cm punya fasilitas kamera digital, karena itu saya langsung saja jepret lg fotonya, alhasil seperti diatas. namun yg menjadi pembahasan bukanlah cara dan teknisnya saya memperoleh foto di atas, tapi apa makna dari foto di atas, seperti halnya bedah editorial, saya mencoba mengupas makna foto diatas dengan fersi saya sendiri yg alakadarnya.
Mencuatnya opini universitas mencetak pengangguran mungkin saja pada satu kondisi bisa disetujui jika lulusannya tidak mempunyai live skill yg konstruktif. tapi kita kadang kala melupakan 1 faktor lg yg penting yaitu faktor Luck. ada suatu ketika saya mengutip dari perkataan teman bahwa mungkin saja lebih sukses orang yang beruntung dari pada orang yg pintar. Bukankah orang pintar mampu membuat keberuntungan dalam hidupnya? bagaimana menurut anda?
Seperti gambar diatas, mungkin saja sebagian dari teman2 sejawat para lulusan dari berbagai bidang ilmu (ekonomi, dokter hewan, pertanian, hukum) telang membuat keberuntungan  mereka sendiri, maka tinggallah segelintir sebagian dari mereka yg belum mampu membuat keberuntungan mereka sendiri sehingga mencoba untuk berusaha mencari keberuntungan ditempat orang lain. kira2 menurut anda manakah diatara dua kelompok ini memiliki persentase yg tertinggi, membuat atau mencari keberuntungan?
Jika foto diatas saya maknai dai sisi lain bahwasannyatak ada seorangpun yg tak ingin mempunyai pekerjaan yg layak, meskipun kadang kemungkinan memperoleh pekerjaan yg kita idamkan itu kecil. Goal dari pekerjaan yg kita jalani adalah aplikasi dari ilmu yg selama ini kita peroleh, suatu ibadah, dan memperoleh kehidupan yang layak, dan segudang alasan lainnya fersi masing2. Kehidupan yg layak tentunya berbasiskan mandiri, sehingga bagi seorang yang masih lajang tidak bergantung hidup lagi dengan orang tua ataupun kerabat bahkan dapat memberi, dan begitu pula  yang telah berkeluarga.

Kamis, 28 April 2011

The Royal Wedding Coffee Mugs from Zazzle.com

The Royal Wedding Coffee Mugs from Zazzle.com

ciloteh lapau


Hadow... c’mon mi2! Lu gag harus ingat “dia” gara2 hanya ingin nulis, dia tu udah “titik” di ujung sejarah. Bank kata2 lu bukanlah dia. Lu punya bank kata2 indah yg sebenarnya, yang selalu ada..dia bisa jadi inspirasi lu kapan pun lu mau, dan gw pastiin dia bakal ngijinin lu klo lu jadiin dia inspirasi lu dalam nulis tanpa lu minta ijin skalipun (yakiiiin bener keknya J) dan yang pastinya, bank lu ini real! Dia tokoh lu yang real sekarang. Gag hanya sekedar bayangan dan imaji lu aja. Huufft.. uda lebih 30 menit gw cm nulis 2 baris kalimat ni man..!! uda karatan masker gw (wew..kencang nya kulit muka gw yg mang uda karatan haggg.. :D),, lum juga da kata2 tambahan yg mengalir dr otak gw ke keyboard si greendy ni. Eh?? Mang gw harus nulis pa? Secara gw gag da tugas rumah bikin karangan cerpen yg sekarang uda menjadi tugas rumah nak2 ingusan yg masih duduk di bangku kls 2 SD.. meraka bisa buat apa coba?? Gw ja yang udah hampir jadi sesepuh (gag sesepuh sesepuh juga kaleee,, generasi tua mungkin iya) di bangku kuliah ja gag bisa2 uga ngarang yg begituan..halaaah.. makin canggih2 aja  dunia pendidikan sekarang,, bukannya canggih, maksa sih iya.. secara jaman2 gw kls 2 SD dulu pelajaran bhs indonesia gw masih “ini budi, ini ibu budi, ini ayah budi, ibu budi rebus ubi...”. ngapaiiin jg gw kritik dunia pendidikan indonesia sekarang? Gw ja lum kelar2 lepas dari dunia pendidikan itu sendiri. Ngemeng2, perguruan tinggi termasuk dalam ruang lingkup dunia pendidikan gag sie?? Pan katanya di perguruan tinggi tu mahasiswanya gag di didik lagi melainkan cuma transfer ilmu.. so, kesimpulannya gw udah lepas dong jadi salah satu “lakon” dalam dunia pendidikan indonesia (hya iyaaa laaah indonesia, mang gw kuliah di Ausi? hahaha).

Jadi sekarang ceritanya gw lagi bikin opini wat ngisi pojok media cetak ni?? Hah?? Sejak kapan gw berani mengkritik secara tulisan kyk gini, biasanya juga gw kritik teman gw yg doyan gonta ganti gebetan juga langsung langsung ja, dianya sie cuek2 bin ketawaketiwi ja gw kritik. Tu mah lain konteks, klo ma temen sendiri mah gag pa2, dari pada ngomongin dia di belakang, hayooo?? Lagian gag kritik yang gimana2 uga, lah wong temenan mah namax nasehatin dan ngingetin ja. Tapi mengkritik hal2 yang menjadi peristiwa secara umum mah biasanya para kritikus juga ngisi pojok media cetak, kecuali sang kritikus sengaja di undang media elektronik untuk ngisi acara talkshow, sehingga lahirlah para kritikus2 yang bejibun di indonesia dari berbagai bidang. Yaaah.. mungkin karena bayaran jadi kritikus tu menjanjikan kali ya..trus bisa terkenal juga,,haaahgg. Atau disisi lain emang di negara ini terlalu banyak masalah2, peristiwa2 “aneh“ yg memberi peluang kerja bagi para kritikus.

Jujur ni ya.. gw sebenarnya kagak ngarti sama pa yg uda gw tulis di atas, tu mah ngalir ja kyk “ciloteh lapau”, nah udah pada tau lum arti ciloteh lapau? Dua kata ini berasal dari bahasa minang yang terdiri dari dua suku kata “ciloteh” dan “lapau”. Dimana “ciloteh” diartikan sebagai perbincangan, obrolan. Dan “lapau” diartikan sebagai kedai kopi, adapun sekarang sudah da disadur ke bahasa indonesia menjadi “lepau”, jika diartikan secara fungsional “lapau” ini diartikan sebagai tempat ngumpul2 sambil minum kopi di suatu kampung dan mengangkat topik obrolan secara santai dicampur gurauan (sumber: pemahaman penulis berdasarkan pelajaran2 terdahulu). Tapi jangan anggap remeh ciloteh lapau ini, obrolan yang terjadi bisa lebih dari talkshow2 di televisi, tidak ada waktu durasi tayang, soalnya gag bakal ngegusur tayangan berikutnya. Soal topik,, ni yang istimewa dari ciloteh lapau, dari semua peristiwa, semua bidang, semua issue hangat bahkan yang udah basi pun bisa hangat lagi dalam ciloteh lapau ini, mulai dari urusan kampung (sistem demokrasinya, birokrasi, blabla malah makin gag ngerti gw sama yg gw tulis), politik, pemerintahan, adat, artis, sinetron pun dilahap abis dalam ciloteh lapau dan setiap akhir sesi diakhiri dengan gurauan para kritikusnya tentunya tak ketinggalan kopi satangah (setengah cangkir).

Nah... ginilah jadinya klo gw nulis tanpa batasan masalah (jiaaaah udah kek nulis ilmiah ja gw). Jadi beneran cerita lepas, lepas bangat malah,,cerita terbang..hahaha :D Yah klo dibatasi mah jadinya gw nulisnya gag sampe2 dan gag kelar2 dunk, niatnya gw kan nulisnya ngaliiiir gitu, jadi gag ngada2 apa yang gw tulis, yaa gitu deeeh. Itung2 gw bisa jadi kritikus nantinya, dosen bahasa indonesia bisa juga, ato jurnalis mungkin..pan siapa tau (klo gag ada yg tau, yaaa gag pa2) hehe.

Nyinggung2 soal kritikus lagi ni, gw jadi ingat yang uda lama pengen gw kritik (yah cm lewat tulisan sieh). Itu lho acara2 lawakan baik yg live ato pun gag yang uda merajai semua stasiun televisi swasta, dan kyknya semuanya laris manis diterima masyarakat. Gw pikir2 sieh salah satu faktor larisnya acara lawakan tersebut karena masyarakat yang udah jenuh sama semua masalah hidup yang dihadapi siang malam berhari hari berbulan bulan hingga menggunung bertahun tahun hidup di indonesia sehingga haus akan hiburan untuk melupakan masalah walaupun hanya 60 menit sekalipun, atau spekulasi (wew, canggih ni bahasa gw) lain dari gw nih, masyarak uda mencapai jenuh akut hingga mendekati stress, jadi obat ampuh yang murah yaaa nonton acara lawakan2 itu. Gw heran, napa kog betah banget tiap hari liat acara itu2 mulu, dan lawakan mereka yang gag lepas dari celaan, jelek jelekin lawan main..ckckck anehnya mereka sama2 ketawa. Dan yang gw gag habis pikir acara yang satu ini, yang bangga banget ngandelin “bibir”nya yang agak berlebih itu. Seolah2 itu lah satu2nya lawakan yang masterpiece bagi dia.

Bicara masalah acara telivisi, tentunya gag da yg gag tau yg namanya sinetron. Dan gw pastiin sapa pun pasti pernah nonton sinetron, walopun gag terus terusan, walopun cuma 5 menit skalipun, toh namanya juga nonton,,,gw pun juga pernah terjebak emosi dalam jalan cerita sinetron tersebut. Gimana gag emosi coba? Masa da manusia yang jahatnya minta ampun canggih jahatnya, kejam bin iblis. Emosiiiii gw!! Klo di pikir2, ada gag sie manusia yang sejahat tu dalam dunia nyata? Rasa2nya sie gag gitu bgt jahatnya orang, yg sampe kerjaannya tiap hari tu cuma mikirin rencana jahat mulu (plus mata segede jengkol, bola mata turun naik, bibir getar2), jadi kesannya gag real gitu lho. Iyah sie gag kehidupan nyata, tapi bukannya sinetron tu dibuat merupakan refleksi dari kehidupan sehari2? So kesimpulannya, apapun judul sinetronnya, berapapun panjang durasi tayangnya, berapapun jumlah episodenya, seberapapun jumlah serinya (1, 2, 3...100...) toh ujung2nya anaknya pasti ketuker, jadi sebenernya perbedaan sinetron yg satu dg yg lain tu apa? Keknya klo diambil garis besarnya mah sama, tuker tukeran anak.

Jadi mending nonton film, pi gag juga sih...malah di film yg nilai2 ketimuran kita sudah sangat banyak bergeser. Gimana enggak, katanya film horror tapi kog malah kek film bokep gitu? Aneh gag tuh? Sebenarnya tu genrenya horror atau semi sieh? Wong adegannya adegan ranjang dan semisal lainnya yg kek begituan , walopun gag semua durasinya gituan, tapi mungkin aja separo dari durasinya, nah lho? Klo masalah tu mah gw kurang tau pasti, gw gag berani nonton film ni, secara gw gag doyan horror (sssst.. gw mah parnoan bukan pornoan yah!), jadi awal ceritanya gini... dulu dijaman2nya film hantu pondok indah booming, gw penasaran..yaa nontonlah gw, setelah itu hampir tiap malam gw gag bisa pejamin mata, kemana2 takut ngerasa da yg ngekor dibelakang gw, parahnya gw pernah bayangin klo semua org yang di sekeliling gw tu cuma menyamar, sejak itu gw beneran uda ogah nonton horror. Jadi balik lagi ke pokok pembicaraan tadi,  lah kog lu bisa kritik gitu pan lunya lum da nonton film2 horror tu?? Pertanyaan bagus! Nonton penuh sie gag pernah, tapi trailernya ada (hiyaaa.. ttp ja namanya pernah nonton non, walopun cm trailer), ok ok! Tapi gag itu ja, dikover filmnya pan ada foto sebagian adegannya, terus dari para pemainnya pan kita tau juga kek pa filmnya, dalam film horror kog da bintang film panas! Yang anehnya nieh,, mereka sampe sewa  para pemain panas dari luar negeri segala yg trekrekornya sebagai pemain panas, buat apaaa gitu? Berarti niatnya mang mau bikin film semi kali yah. Harusnya klo mau bikin film horror mah yang harus di pakai tu kunti, dan rekan2nya (takut gw sebutin satu satu). Kira2 ni ya,, si kunti dan rekan2 bosan gag sih terus terusan di jadiin alasan wat film panas gitu? Gag berani gw mah bayangin klo mereka ngejawab pertanyaan gw ni, hihihihi :{.